Ana

Selasa, 03 Juli 2012

A whole New World













I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?

I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride

A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming

A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you
Now I'm in a whole new world with you

Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky

A whole new world
Don't you dare close your eyes
A hundred thousand things to see
Hold your breath - it gets better
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be

A whole new world
Every turn a surprise
With new horizons to pursue
Every moment red-letter
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you

A whole new world
That's where we'll be
A thrilling chase
A wondrous place
For You and Me

Self Injury?? Apaan tu?


Sebelumnya saya tidak mengetahui apa itu self injury, sampai saya membaca sebuah artikel. Berikut ini sekilas mengenai self injury dari artikel, yang saya baca.

Self injury merupakan kelainan psikologis yang jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bukan karena jumlah kasus ini sedikit namun karena kasus-kasus yang ada merupakan suatu “fenomena gunung es”. Saat ini terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda yang melakukan self injury sehingga topik ini harus dipahami dengan lebih baik. Seringkali kasus self injury menimbulkan kesulitan baik untuk pelaku sendiri maupun terhadap psikiater yang bertugas menjadi terapisnya. Jika tidak ditangani secara tepat maka self injury dapat berubah menjadi usaha bunuh diri yang nyata.

Tindakan mengambil pisau kemudian digunakan untuk diiriskan pada tubuh sendiri kemudian memperhatikan darah yang mengalir dari luka tersebut mungkin merupakan tindakan yang tidak terbayang dapat dilakukan oleh seseorang. Namun dalam kenyataannya beberapa orang melakukannya. Tindakan ini dikenal sebagai self injury. Self injury atau self harm (menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan tindakan menimbulkan luka-luka pada tubuh diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata oleh karena itu maka self injury dibedakan dari bunuh diri walau keduanya sama-sama menyebabkan luka fisik pada tubuh. Perilaku ini bertujuan untuk mencapai pembebasan dari emosi yang tak tertahankan, perasaan bahwa dirinya tidak nyata, dan mati rasa. Self injury merupakan hal yang tabu baik di budaya timur maupun barat.


Mengiris/menggores dan membakar kulit adalah bentuk-bentuk self injury yang paling umum. Biasanya mereka menggunakan silet, pisau, pecahan kaca, atau alat-alat tajam lainnya-bahkan tutup botol atau kartu kredit. Keluarga pelaku atau orang-orang di sekitar mereka yang mencoba menghalangi dengan menyingkirkan benda-benda tajam sering kali terkejut karena mereka sangat kreatif dan dapat mengubah benda apapun menjadi senjata dalam sekejap.Tangan dan kaki adalah sasaran utama, begitu juga dada, perut, paha dan alat kelamin. Kadang-kadang mereka menorehkan kata-kata di kulit mereka-misalnya gendut dan jelek-untuk memproyeksikan perasaan mereka akan diri mereka sendiri.

Banyak dari pelaku self injury memiliki pola rutin yang mereka rencanakan dan lakukan secara teratur. Banyak juga yang melakukan tindakan-tindakan ini secara acak, saat mereka memiliki perasaan-perasaan sulit. Mereka menyembunyikan silet di laci, tas, lemari mereka agar selalu tersedia bila dorongan untuk menyakiti dirinya timbul, jika mereka tidak memiliki barang-barang yang dapat dijadikan senjata mereka biasanya kemudian memukul tembok atau membenturkan kepala ke lantai.

Para pelaku self injury memiliki berbagai pandangan tentang perilaku mereka. Kebanyakan setuju bahwa perilaku itu merusak, tetapi mereka merasa tidak bisa berhenti karena rasa nyaman yang diperolehnya. Beberapa dari mereka merasa bangga akan “prestasi” dan nilai seni yang mereka yakini terpancar dari luka-luka mereka. Sedangkan di lain pihak beberapa dari mereka merasa sangat malu akan bekas-bekas luka mereka dan berharap mereka dapat menghilangkan bekas-bekas yang ada pada tubuh mereka.

Hal yang harus dikhawatirkan adalah bahwa banyak remaja yang saat ini melakukan self injury akibat menganggapnya sebagai suatu perilaku yang luar biasa dan unik, dan perilaku ini menyebar di kalangan remaja seperti gangguan pola makan. Penelitian saat ini belum bisa menunjukan bahwa efek penyebaran secara sosial ini benar adanya namun Yates (2004) menyatakan bahwa terdapat bukti-bukti yang menunjukan bahwa seseorang melakukan self injury karena mempelajarinya dari orang lain. Meskipun bukti-bukti yang pasti saat ini menunjukan bahwa kebanyakan pelaku menemukan pola perilaku ini secara tidak sengaja. Sebagai contoh, Conterio dan Favazza (1989) menemukan bahwa 91% pelaku melakukannya setelah mengetahuinya dari orang lain atau membacanya di salah satu media sebelum memutuskan untuk terlibat dalam perilaku ini.

Anugrah Manusia dalam Teori Behavioristik


Pada dasarnya manusia memiliki anugerah yang tak terkira harganya. Hanya saja kita sebagai manusia jarang mensyukuri anugerah tersebut. Dalam psikologi pun dikenal dengan anugerah yang diberikan kepada manusia. Aliran Psikologi Behavioristik meyakini empat anugerah unik manusia sehingga membuatnya berbeda dengan mahkluk yang lain. Empat anugerah manusia tersebut antara lain :

1. Self Awareness (kesadaran diri)
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengambil jarak terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran, motif-motif, sejarah, naskah hidup, tindakan, maupun kebiasaan dan kecenderungan. Hal ini memungkinkan manusia untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran diri memungkinkan untuk melihat kacamata itu sendiri maupun melihat melaluinya. Ini memungkinkan manusia untuk menjadi sadar akan sejarah sosial dan psikis dari program-program yang ada dalam diri dan untuk memperluas celah antara rangsangan dan tanggapan.


2. Conscience (hati nurani)
Hati nurani menghubungkan manusia dengan kebijaksanaan jaman dan kebijaksanaan hati. Ini merupakan sistem pengarahan yang ada dalam jiwa manusia, yang memungkinkan manusia untuk memahami ketika manusia bertindak atau bahkan merenungkan sesuatu yang sejalan dengan prinsip. Ini juga memberi manusia pemahaman akan bakat-bakat khas dan misi manusia.


3. Independent Will (kebebasan kehendak)
Kehendak bebas adalah kemampuan manusia untuk bertindak. Ini memberi manusia kekuatan untuk mengatasi paradigma-paradigma diri, untuk berenang melawan arus, untuk menulis kembali naskah hidupnya, untuk bertindak atas dasar prinsip dan bukannya bereaksi atas dasar emosi dan lingkungan sekitar. Sementara pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan boleh jadi amat kuat, pengaruh-pengaruh itu tidak dapat mengendalikan manusia. manusia tidak menjadi korban. manusia bukan merupakan produk masa lalunya. Manusia merupakan produk dari pilihan pilihannya. Manusia dapat memberi tanggapan (response-able)—mampu memberi tanggapan, mampu memilih diseberang suasana hati dan kecondongan-kecondongannya. Manusia memiliki kekuatan kehendak untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri, hati nurani, dan visi.


4. Creative Imagination (imajinasi kreatif)
Imajinasi kreatif adalah kemampuan untuk meneropong keadaan dimasa datang, untuk menciptakan sesuatu dibenak manusia, dan memecahkan soal secara sinergis. Ini adalah anugerah kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melihat dari diri sendiri dan orang lain secara berbeda dan lebih baik daripada saat ini. Ini memungkinkan seseorang untuk menulis pernyataan misi pribadi, menetapkan tujuan, atau merencanakan suatu pertemuan. Ini juga membuat seseorang semakin mampu memvisualisasikan diri yang sedang menghayati pernyataah misi pribadi, bahkan dalam lingkungan yang paling menantang, dan untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam berbagai situasi baru secara efektif.

Dengan mengembangkan dan menggunakan empat anugerah tersebut, manusia akan terberdayakan dan memiliki konsep diri yang kuat, sehingga mampu membuat pilihan sikap dan tindakan yang bijaksana atas situasi atau stimulus yang ia diterima. Sebaliknya, orang yang mengabaikan dan membiarkan empat anugerah yang ia miliki tidak berkembang, sehingga perilaku dan pilihan sikapnya tidak efektif, sehingga ia mudah untuk dikendalikan oleh lingkungan, tekanan sosial atau suasana hatinya.

Stroke mengincar orang muda


Angka kematian akibat stroke di Indonesia naik dari tahun ke tahun. Yang mengkhawatirkan, stroke saat ini tak hanya milik kaum tua saja, melainkan juga mulai marak menjangkiti kaum muda. Hal ini membuat stroke berhasil menempati posisi sebagai penyebab utama kematian yang disebabkan penyakit non infeksi di indonesia.

Stroke adalah kerusakan otak akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000 populasi di Indonesia. Dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia.

Data yang berhasil dihimpun Kementerian Kesehatan dari seluruh rumah sakit di Indonesia menemukan bahwa sebanyak 12 juta penduduk Indonesia yang berumur di atas 35 tahun berpotensi terserang stroke. Padahal dulu penyakit ini lebih banyak menyerang mereka yang usianya sudah 55 tahun ke atas.

"Stroke paling banyak dialami orang yang berusia 55 - 65 tahun. Semakin tua usianya, makin banyak pembuluh darah yang tersumbat atau mengalami arteroskletrosis. Namun kecenderungannya sekarang stroke juga sudah bisa menyerang saat usia 25 - 35 tahun, ini namanya stroke muda," kata Prof dr Teguh Ranakusuma, SpS (K), dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi FKUI-RSCM Pada kaum muda, serangan stroke sangat berkaitan dengan gaya hidup serta temperamen yang cenderung ambisus. Gaya hidup kaum muda yang disinyalir memicu stroke adalah penggunaan obat perangsang, narkoba serta kebiasaan merokok.

Mengonsumsi obat perangsang dan narkoba membuat aliran darah menjadi meningkat. Sedangkan kebiasaan merokok menyebabkan penumpukan kotoran di bagian dalam pembuluh darah atau aterosklerosis. Kombinasi obat-obatan dan rokok ini sangat mudah memicu terjadinya stroke.

Mengingat faktor risiko stroke adalah hipertensi dan kolesterol, makanan junk food dan banyak berlemak ditengarai ikut memicu prevalensi stroke di usia muda. Kesemua faktor di atas tak lepas dari gaya hidup kekinian yang banyak diadopsi anak-anak muda, yaitu seks, narkoba, rokok dan junk food.

Prof Teguh mengamati, yang paling khas dari stroke usia muda ini adalah makin banyak temperamen orang-orang muda yang mudah naik darah. Oleh karena itu, sistem pendidikan sebaiknya dibenahi agar siswa didik memiliki gudang memori yang lebih banyak. Dengan demikian, maka setiap masalah hidup dapat dihadapi dengan cerdas.

"Kalau sekarang ini kita lihat anak-anak muda memorinya pendek sekali. Hidup ini memang perlu ambisi, tapi jangan lantas jadi ambisus. Stroke dan tekanan darah tinggi itu juga bisa disebabkan banyaknya ketegangan dalam hidup," tutur Prof Teguh.

Selain faktor gaya hidup, Prof Teguh juga menegaskan bahwa stroke pada usia muda ini juga bisa disebabkan oleh genetik. Kalau seorang ayah atau ibu sudah punya kecenderungan stroke, maka stroke bisa lebih cepat muncul pada anak-anaknya. Untuk meminimalisir faktor risiko genetik ini, maka orang yang berpotensi terserang stroke sebaiknya segera diarahkan untuk menjalani pola hidup sehat.

"Stroke ini kan penyakit yang polanya jelas sekali dan tiap orang sebenarnya punya potensi terkena stroke. Untuk meminimalisir risiko stroke caranya yaitu mengubah pola hidup, kurangi garam, hindari makanan berlemak, daging merah, perbanyak makan sayur, buah dan minum air putih," tutur Prof Teguh..

Senin, 02 Juli 2012

Mencegah Perilaku Korupsi pada Anak


Korupsi muncul akibat Need of Achievement (Motivasi berprestasi) dari manusia terlalu berlebihan. Keinginan untuk melebihi orang lain berdasarkan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut. Hal tersebut yang menjadikan korupsi dapat bermacam-macam bentuknya. Selain uang dan kekuasaan yang biasa dilakukan di Indonesia, bentuk lain bisa berupa korupsi dogma, korupsi hukum, korupsi ayat suci, korupsi dalil, korupsi nilai rapor dan banyak lagi bentuk korupsi yang tidak kita sadari. Dan semuanya dilakukan atas dasar kebutuhan melebihi manusia lain terlalu berlebihan. Pribadi sportif yang mau menerima batasan diri untuk kalah dengan orang lain adalah wujud dari Need of Achievement / Motivasi Berprestasi yang ideal. Anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki pribadi yang ideal. Harapan kita pada mereka adalah tidak memiliki budaya korupsi yang selama ini menjadi penyebab terpuruknya negara kita dalam segala bidang. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman jiwa Anti Korupsi dan mencegah perilaku korupsi pada anak

1. Teknik Ego Vincerio, sebuah teknik modifikasi perilaku bagi anak yang achievementnya terlalu tinggi. Intinya adalah untuk mencapai keinginannya lebih efektif dan lebih efisien bila bekerjasama dengan orang lain.

2. Otak Bawah Sadar (subconcius) pada usia dini sedang membentuk polanya, semuanya tergantung pada pengaruh lingkungannya. Sebaiknya tidak memberikan tekanan berupa tuntutan kepada anak terlalu tinggi untuk berprestasi. Tekanan pada bawah sadar di usia dini efeknya seribu kali lebih besar dalam membentuk kepribadian achiever daripada tekanan pada saat dewasa. Gantilah tuntutan anda dengan tawaran.

3. Role Model atau tokoh panutan anak adalah orang-orang dewasa terdekat dengan sang anak, terutama orang tua mereka. Sebenci apapun anak pada bapak-ibunya, dalam sikap-sikapnya pasti ada yang meniru orang tuanya. Bahkan semain benci mereka pada orang tuanya semakin mirip kepribadiannya dengan tokoh yang mereka benci. Orang tua terlebih dahulu harus belajar untuk mengerti pengertian korupsi dan bentuk-bentuk korupsi sehingga mereka dapat menjadi role model yang positif bagi anak-anaknya.

4. Teman-teman anak kita memiliki dampak lebih besar daripada kita sendiri sebagai orang tua pada usia tertentu. Coba kita bilang “Sep, bapak tuh sayang sama kamu” pasti si Asep bilang dalam hati ‘Pasti bapak mau nyuruh Asep mijitin dia’. Padahal kita tulus. Tapi coba bayangkan apabila yang bilang teman akrabnya, bahwa Bapak Asep itu sayang banget loh sama kamu anaknya, pasti si Asep langsung percaya dan terharu. Anak-anak juga berbuat nekat seperti tawuran, minum dan narkoba hanya karena takut dianggap pengecut oleh teman-temannya. Maka penyuluhan antikorupsi lebih efektif dilakukan dalam lingkar remaja dalam kelompok pertemanan yang sudah terbentuk.

5. Penegakan aturan di rumah dan sekolah harus pasti, juga bagi pembuat aturan itu sendiri. Pencuri yang jujur tetap harus diberikan hukuman. Pencuri yang baik hati (robin hood) tetap harus dihukum. Karena dia mencuri. Sekali kita memaafkan perbuatan yang salah tanpa sanksi maka akan muncul asumsi bahwa mencuri itu boleh asalkan tujuannya baik, ketika dewasa dia akan berpikir, korupsi itu boleh asal tujuannya baik.

Pentingnya Kontrol Diri


Perubahan-perubahan sosial yang cepat (rapid sosial change) sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi telah mempengaruhi perilaku, nilai-nilai moral, etika, dan gaya hidup (value sistem and way of life).
Keberadaan hawa nafsu disamping memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, juga dapat melahirkan madlarat (ketidaknyamanan, atau kekacauan dalam kehidupan, baik personal maupun sosial). Kondisi ini terjadi apabila hawa nafsu tidak dikendalikan atau dikontrol, karena memang sifat yang melekat pada hawa nafsu adalah mendorong (memprovokasi) manusia kepada keburukan atau kejahatan (dalam Psikologi Belajar Agama, 2003).
Menurut Fachrurozi (dalam Jawa Pos, 2004) kegilaan masyarakat saat ini adalah personifikasi atas kegilaan yang dialami sebagai implikasi dari modernitas, bahwa modernitas, disamping melahirkan kemajuan dalam berbagai aspek (teknologi informasi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya), ternyata juga melahirkan kegilaan atau gangguan kejiwaan. Diharapkan setiap individu mampu mengontrol diri terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Tindakan-tindakan tidak terkontrol sering dikaitkan dengan remaja, karena seringkali bentuk perkelahian dilakukan oleh para remaja, sehingga perkelahian antar remaja sudah menjadi fenomena yang biasa di masyarakat luas terutama di kota-kota besar, perkelahian ini biasanya dipicu oleh masalah-masalah yang sepele, seperti bersenggolan di jalan, atau saling pandang yang ditafsirkan sebagai bentuk menantang, dan biasanya berakhir dengan perkelahian, perkelahian antar remaja pada awalnya hanya melibatkan dua individu kemudian berkembang menjadi perkelahian antar kelompok.
Menurut Lewin (dalam Winarno, 2003) kondisi tersebut dikarenakan dalam kelompok terdapat sifat interdependen antar anggota dan kondisi seperti itu berpeluang menjadi konflik SARA, dikarenakan Indonesia terdiri berbagai macam suku, agama, ras, yang berbeda-beda, sehingga individu akan merasa cemas, tidak aman, dan mudah tersulut emosi bila kontrol diri individu kurang. Oleh karena itu, kontrol diri diperlukan untuk mengontrol emosi yamg berasal dari dalam dan luar individu sebagai bentuk sosialisasi yang wajar.
Menurut Drever, kontrol diri adalah kontrol atau pengendalian yang dijalankan oleh individu terhadap perasaan-perasaan, gerakan-gerakan hati, tindakan-tindakan sendiri, sedangkan Goleman (dalam Sarah, 1998) mengartikan bahwa kontrol diri sebagai kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan dengan pola sesuai dengan usia. Bander (dalam Sarah, 1998) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan tindakan yang ditandai dengan kemampuan dalam merencanakan hidup, maupun frustasi-frustasi dan mampu menahan ledakan emosi. Masa-masa remaja ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri, akan tetapi tidak semua remaja mudah tersulut emosinya atau tidak mampu untuk mengkontrol dirinya, pada remaja tertentu juga sudah matang dalam artian mampu mengkontrol setiap tindakan yang dilakukannya.

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Reward.Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c. Saingan atau kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan atau kompetisi di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.

i. Menggunakan metode yang bervariasi.

j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kekerasan dalam pacaran

Pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman dimana satu sama lain terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui pasangannya sebagai pacar. Melalui berpacaran seseorang akan mempelajari mengenai perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan dan berbagi dalam hubungan dengan orang lain. Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain.
Fenomena kekerasan dalam pacaran (KDP) sebenarnya seperti gunung es. Sebab, angka-angka tersebut hanya berdasar pada jumlah kasus yang dilaporkan, padahal dalam kenyataannya, tidaklah mudah bagi korban kekerasan melaporkan kasus yang dialaminya.

Kekerasan dalam Pacaran (KDP)
Banyak orang yang peduli tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang terjadi berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP) atau Dating Violence). Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar.


Kekerasan dalam Pacaran (KDP) adalah perilaku atau tindakan seseorang dapat disebut sebagai tindak kekerasan dalam percintaan atau pacaran apabila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan oleh pasangannya pada hubungan pacaran. Suatu tindakan dikatakan kekerasan apabila tindakan tersebut sampai melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis, bila yang melukai adalah pacar maka ini bisa digolongkan tindak kekerasan dalam pacaran (KDP).
Sebenarnya kekerasan ini tidak hanya dialami oleh perempuan atau remaja putri saja, remaja putra pun ada yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya. Tetapi perempuan lebih banyak menjadi korban dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat luas. Ketidakadilan dalam hal jender selama ini telah terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan biasa dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya, sehingga dirasa “pantas” menerima perlakuan yang tidak wajar atau semena-mena.
Payung hukum terhadap terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan, sebetulnya sudah cukup terakomodasi melalui UU No. 23 tahun 2004 tentang KDRT. Namun untuk kekerasan dalam pacaran (KDP), belum ada payung hukum khusus, dan masih menggunakan KUHP sebab dianggap kasus kriminal biasa. Kekerasan dalam pacaran (KDP) bisa masuk dalam KDRT, karena kekerasan yang terjadi dalam relasi domestik, antara laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan khusus.

Hal yang khas yang sering muncul dalam kasus kasus kekerasan dalam pacaran adalah bahwa korban biasanya memang cenderung lemah, kurang percaya diri, dan sangat mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah melakukan kekerasan (menampar, memukul, nonjok, dll) biasanya setelah itu menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan kekerasan lagi, dan bersikap manis kepada pasangannya. Pada dasarnya, hubungan pacaran adalah sarana melatih keahlian individu dalam kepekaan, empati, kemampuan untuk mengkomunikasikan emosi dan menyelesaikan konflik serta kemampuan untuk mempertahankan komitmen. Jika individu mampu mengkomunikasikan emosi dan menyelesaikan konflik dengan baik niscaya kekerasan dalam pacaran (KDP) tidak akan terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menduga bahwa salah satu penyebab terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP) adalah rendahnya tingkat asertivitas individu. Rendahnya asertivitas tersebut tampak ketika individu cenderung menerima segala bentuk perlakuan oleh pasangannya, meskipun sebetulnya individu merasa tersiksa. Asertif berfungsi sebagai mengkomunikasikan emosi dan menyelesaikan konflik dalam berpacaran.



Sumber :
 http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2010/07/07/kekerasan-dalam-pacaran-kdp/

3 Hal yang perlu dilakukan sebelum tidur

Sebagian besar dari kita cenderung melupakan hal-hal sepele yang justru bermanfaat jika kita menyisihkan waktu sebentar sebelum kita pergi tidur di malam hari. Misalnya hal-hal seperti memastikan bahwa pintu anda sudah terkunci, dll.

Bagaimana jika kita berurusan denganinsomnia? Solusi paling ampuh nya sebetulnya ada pada diri anda sendiri, bukan dokter, bukan obat-obatan. Anda harus memastikan bahwa anda memiliki daftar hal yang harus dilakukan untuk menyembuhkan insomnia secara alami. Berikut adalah tiga hal berbeda yang harus kita lakukan setiap malam dalam rangka untuk membantu kita untuk mendapatkan tidur nyenyak dan terhindar dari insomnia.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah untuk memastikan bahwa lingkungan anda bersih. Hal ini tidak hanya berlaku di daerah Anda di mana Anda akan tidur, Namun juga tubuh Anda. Meskipun kita tidak akan dapat melihat fakta bahwa kamar anda bersih setiap kali anda mau tidur, namun pikiran kita akan tahu bahwa ada sesuatu yang kotor jika anda belum membersihkannya. Sebuah lingkungan teratur akan membuat pikiran Anda tenang dan memungkinkan Anda tidur di malam hari tanpa beban. Memastikan bahwa tubuh Anda bersih juga akan membantu Anda untuk mendapatkan tidur malam yang baik. Anda tidak perlu mandi malam hari, tapi cukup membersihkan wajah, mencuci tangan dan kaki anda.
Hal kedua yang harus Anda lakukan setiap malam adalah untuk mempersiapkan dan menjaga pikiran anda untuk tidur malam dengan baik. Jangan biarkan apa pun untuk merangsang Anda secara mental maupun fisik sebelum anda pergi tidur. Ini mencakup hal-hal yang kebiasaan anda nonton tv hingga larut malam, atau hal-hal yang mungkin Anda baca. Berkonsentrasi pada hal-hal yang santai dan membiarkan pikiran Anda melayang untuk menenangkan pikiran. berkonsentrasi menenangkan pikiran akan membantu Anda untuk tidur sepanjang malam. Siapkan “tema lamunan” yang membuat anda santai saat beranjak tidur.
Ketiga, pastikan bahwa seluruh anggota keluarga juga siap beranjak tidur. Dua pembunuh tidur terbesar adalah kebisingan dan cahaya. Pastikan bahwa semua anggota keluarga anda mengerti bahwa Anda membutuhkan situasi yang tenang agar Anda dapat tidur nyenyak. Anda juga harus mempertimbangkan pencahayaan di kamar tidur anda. Jika anda merasa tidak sanggup tidur dalam keadaan yang gelap, anda cukup menyediakan pencahayaan rendah, misalnya lampu yang redup, lampu 5 watt, atau lainnya. Kedua hal ini akan membantu Anda jatuh tertidur lebih cepat dan lebih nyenyak
Tulisan diatas hanya tips sederhana saja, mungkin efektif bagi sebagian orang dan justru merugikan bagi orang yang lain. Setidaknya anda dapat coba…

Tahapan Terjadinya Stres


Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3) Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; 7) Tidak bisa santai.

3. Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
3. Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
 2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
 5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun,
7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

4. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion)
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
1) Debaran jantung teramat keras;
 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;
5) Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Disleksia Bukan Penghalang Kesuksesan



 Disleksia adalah gangguan membaca yang spesifik pada seseorang dengan pengelihatan dan kemampuan akademis yang memadai (Kalat, 2009). Gangguan ini terjadi karena kondisi otak yang tidak bisa mengenali dan memproseskan simbol-simbol tertentu. Orang-orang yang menderita disleksia mempunyai kesulitan dalam membaca suatu kata dan menganggap kata-kata tersebut berbentuk lain dari bentuk normal.
Gejala dari penyakit disleksia adalah mengalami kesulitan dalam mengartikan suatu kalimat sederhana, kesulitan dalam membaca kata-kata tertulis, dan kesulitan dalam menyajakkannya. Aspek abnormal dari penderita disleksia ini adalah otaknya, bukan gangguan pengelihatan ataupun rendahnya intelijensi. Bahkan, banyak orang dengan penderita disleksia mempunyai kecerdasan di atas rata-rata intelijensi normal. Berikut ini merupakan cerita dan penjelasan dari beberapa figur tentang bagaimana mereka menikmati hidup mereka dengan penyakit disleksia .

Christian Boer
Ia adalah seorang desainer grafis yang menderita disleksia sejak ia lahir. Karena penyakitnya yang tidak mampu membaca kata-kata, ia padukan penyakitnya dengan seni bersama-sama membuat suatu proyek yang kemudian bernama Dyslexie pada tahun 2008 saat ia masih berokupasi sebagai pelajar. Dengan adanya proyek ini, dilakukanlah penelitian di University of Twente di Belanda pada pasien-pasien disleksia (disebutnya dyslexics). Riset ini menjelaskan bahwa dyslexics menunjukkan adanya perkembangan yang progresif dengan membaca bacaan yang dituliskan dalam Dyslexie. Dyslexie merupakan bentuk tulisan khusus didesain untuk penderita disleksia agar dapat membaca lebih baik dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam membaca. Karena Boer merupakan seorang disleksia , ia menyadari sendiri apa yang disleksia butuhkan untuk melakukan perkembangan dalam membaca kalimat-kalimat sederhana ataupun kompleks. Boer memang berniat untuk membantu pasien disleksia lainnya untuk membantu mereka dalam membaca dan melancarkannya dengan font khusus.

Peter Lovatt, Ph.D

Lovatt adalah seorang psikolog juga sekaligus pedansa handal. Ia menyukai dansa sejak kecil, di mana ketika ia kecil, ia mengikuti les balet dan ia satu-satunya anak laki-laki pada kelas tersebut. Sembari hobi yang dilakukannya, Lovatt juga menderita disleksia dan semakin buruk ketika menginjak umur 20. Ketika ia menyerah untuk berdansa, ia memutuskan untuk berkuliah jurusan psikologi dan bahasa inggris, mengingat ketika kecil juga mengalami remedial di kelas bahasa inggris karena menderita disleksia itu sendiri. Lovatt kemudian mendapatkan beasiswa S2 jurusan Neural Computation diUniversity of Stirling dan menyelesaikan disertasinya di Essex University. Tahun 1998, ia menyelesaikan penelitian untuk mendapatkan gelar Ph.D-nya tentang Short-term Memory and Dyslexia. Kemudian ia dikukuhkan menjadi profesor di Hertfordshire University pada September 2004, dan mendirikan Psychological Dance Lab. pada tahun 2008. Lovatt merupakan salah satu bukti bahwa penderita dyslexia belum tentu mempunyai mental dan kecerdasan yang normal atau di bawahnya.
Michael Faraday

Ahli fisika dan kimia ini merupakan salah satu orang penting pada abad ke-19. Faraday adalah seorang ilmuan yang sempat berkontribusi dalam bidang elektromagnetisme dan electrolysis. Suatu hari, seseorang bernama Thomas West mengatakan bahwa Faraday menderita disleksia. Faraday menjadi kurang peka dalam pengejaan kata dan ketepatan waktu. Memori Faraday sedang tidak bekerja, melainkan “mempermainkan” Faraday, dan gejala lain, ia tidak bisa menyelesaikan soal matematika sederhana. Akan tetapi, Faraday memiliki kemampuan visual yang kuat, bahwa ia pertama memahami terlebih dahulu apa yang dilihatnya, kemudian memecahkan apa yang dipikirkannya menjadi bagian-bagian agar mudah dipahami oleh orang lain. Tidak semua penderita disleksia mempunyai kemampuan ini.

Robert W. Woodruff
Woodruff pernah menjabat sebagai presiden perusahaan Coca Cola tahun 1923-1954. Merujuk kepada pengalaman Woodruff waktu kecil, ia juga menjadi salah satu penderita disleksia. Ayahanda Robert, Ernest Woodruff, adalah seorang figur yang sangat sukses pada saat itu, dengan menjabat menjadi presiden dari satu-satunya bank terpercaya di daerah Atlanta bagian selatan, yaitu The Trust Company of Georgia. Ernest termasuk seorang ayah yang bersifat otoriter dan keras kepala, sehingga Robert dikuliahkan di Emory College setelah menyelesaikan studinya di Georgia Military Academy tanpa mempertimbangkan bidang-bidang yang diminati Robert. Karena didiagnosa sebagai penderita disleksia, performa Robert ketika di Emory College sangat buruk sehingga pihak universitas mengirimkan surat yang berisikan tentang ketidakpuasan mereka terhadap performa Robert pada saat itu. Setelah melewati masa sekolah, Robert menemukan minatnya pada bisnis. Ia juga menemukan kesenangan dalam bidang pemasaran atau marketing dan mempromosikan bisnis Coca-Cola untuk yang pertama kalinya. Dengan bekal kemampuan Robert yang canggih dalam bisnis membuat ia mampu menghasilkan umpan balik yang tidak kalah canggihnya hingga perusahaan Coca-Cola bisa dikenal sampai penghujung dunia.
Dari 4 cerita penderita disleksia di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit disleksia sama sekali tidak berhubungan dengan kecerdasan, sehingga dyslexics jangan sampai self-esteem rendah karena menganggap dirinya tidak pintar dan tidak kreatif. Kreativitas ada pada setiap diri seseorang, dan tingkatan kreativitas berbeda-beda setiap orangnya. Teruslah berkreasi karena inovasi datang dari ide kecil yang bisa dikembangkan..