Ana

Rabu, 24 April 2013

Manfaat Psikologi Perkembangan Bagi Siswa SD

Ada apa dengan anak pada usia sekolah dasar?
Pada masa usia pendidikan sekolah dasar atau masa tahap operasional konkrit atau disebut juga masa kanak-kanak akhir (7-11 tahun), cara berfikir egosentris (melihat dengan satu arah) mulai berkurang ditandai dengan desentrasi yang benar. Dimana anak sudah mampu melihat lebih dari satu dimensi secara serempak dan menghubungkan satu dimensi dengan dimensi yang lain sehingga masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik. Sebagai contoh, ketika diperlihatkan dua deret kancing yang masing-masing berjumlah lima buah tapi dengan susunan yang berbeda, dimana kancing pada deret pertama diberi jarak dan kancing pada deret kedua tanpa jarak, maka kemungkinan besar anak egosentris akan mengatakan bahwa jumlah kancing pada deret pertama lebih banyak dari pada kancing pada deret kedua. Namun anak konservatif akan menyetujui bahwa jumlah kancing dalam kedua deretan adalah sama sebab pada masa ini mereka telah mampu melakukan operasi mental yang dibalikkan (mengerti masalah konservasi).

Seperti apakah psikologi perkembangan itu?
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang memelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Psikologi perkembangan individu terdiri atas beberapa aspek, yaitu:
1.  Aspek Motorik
Aspek motorik didasarkan pada pertumbuhan fisik. Meskipun tidak selalu sama, namun proses kematangan fisik akan mencapai taraf kematangan tepat pada saatnya meskipun dengan waktu yang tidak sama. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu a) Fase anak kecil: 0 – 7 tahun, b) Fase anak sekolah: 7 – 14 tahun yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin, dan c) Fase remaja: 14 – 21 tahun. Untuk mendukung pertumbuhan motorik, kegiatan yang bersifat fisik sebaiknya diterapkan dengan seimbang. Kegiatan bermain outdoor seperti bermain layang-layang, memanjat pohon, bermain petak umpet bisa menjadi salah satu sarana yang efektif.
2.  Aspek Kognitif
Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir dan memahami yang melibatkan kemampuan memeroleh, mengolah, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Secara luasnya            bahwa aspek kognitif mencakup kemampuan potensial dengan lingkungan seperti mengamati, menafsirkan, memperkirakan, menilai dan lain-lain. Dalam mendukung aspek perkembangan ini, keleluasaan untuk berinteraksi dengan lingkungan, berfikir secara mandiri dan menyelesaikan masalah akan sangat membantu, misalnya dengan memberikan permainan puzzle, crossword, dan sebagainya.
3.  Aspek Afektif
Dalam aspek afektif dibahas mengenai tindakan atau perilaku anak. Yaitu bagaimana anak berperilaku terhadap diri dan lingkungannya. Untuk mendukung perkembangan afektif, sangat penting untuk memahamkan kepada anak mengenai cara berperilaku tidak hanya terhadap diri sendiri melainkan juga terhadap orang lain. Dalam hal ini, kegiatan seperti role play atau think pair share bisa diterapkan dalam rangka memberi pemahaman bagaimana berbagi peran dengan orang lain, berbagi dan menerima ide atau pendapat orang lain serta bersabar menunggu giliran.

Apa manfaat psikologi perkembangan?
Manfaat psikologi perkembangan, diantaranya yaitu:
1) Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/ perkembangannya.
2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya.
3) Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
4) Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak.
5) Khusus bagi guru, agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Berdasarkan manfaat-manfaat psikologi perkembangan diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting, tidak hanya bagi oleh para orang tua tetapi juga oleh para guru untuk memahami psikologi perkembangan anak, sehingga mereka dapat memahami karakter, perilaku hingga kebiasaan anak didik. Terlebih lagi bahwa guru harus siap menghadapi sekian banyak perbedaan dari setiap anak didik yang terangkum dalam satu ruang lingkup belajar. Dengan memahami psikologi perkembangan maka guru akan dapat memahami bagaimana menyikapi perilaku atau karakter yang berbeda dan memungkinkan bagi guru untuk memahami materi dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Didukung oleh sumber            : http://edukasi.kompasiana.com

Teori Pembelajaran dalam Perspektif Perkembangan Teknologi


Teori pembelajaran bisa dilihat secara deskriptif dan preskriptif. Teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil dengan menempatkan variabel metode dan kondisi sebagai variabel bebas, dan variabel hasil sebagai variabel terikat.
Teori ini menekankan goal free. Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dengan menempatkan variabel hasil dan kondisi sebagai variabel bebas dan variabel metode sebagai variabel terikat. Teori ini berorientasi pada goal oriented.
Proposisi teori deskriptif ialah jika ..., maka ..., sedangkan proposisi teori preskriptif ialah agar ..., lakukan ini ... (Landa, 1983; Degeng, 1989).

Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan  panduan ekplisit bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik. Jenis belajar dan pengembangan mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual (Reigeluhth, 1999). Ini artinya teori pembelajaran mesti menunjukkan beberapa karakteristik berikut.
1.      Designed oriented (berfokus pada alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk belajar/pengembangan daripada description oriented—berfokus pada given events.
2.      Mengidentifikasi metode pembelajaran (cara untuk mendukung dan memfasilitasi belajar) dan situasi pada mana metode dipakai/tidak dipakai.
3.      Metode pembelajaran bisa dipecah-pecah menjadi rinci sebagai panduan.
4.      Metode pembelajaran adalah probabilistic daripada deterministic.
Pembahasan tentang teori pembelajaran erat kaitannya dengan teknologi pembelajaran.
Teori pembelajaran dalam domain teknologi pembelajaran banyak berurusan dengan domain desain; teori pembelajarn adalah design oriented.
Teknologi pembelajaran ialah teori dan praktek desain, pengembangan, pemanfaatan, manajemen, dan evaluasi proses dan sumberdaya belajar.
Pada definisi ini teori terdiri dari konsep, konstruk, prinsip, dan proposisi yang memberi sumbangan terhadap body of knowledge (Seels dan Richey, 1994).

Sumber            : pasca.tp.ac.id

Minggu, 14 April 2013

Laporan Hasil Wawancara



Bab I
Pendahuluan
Paedagogi merupakan suatu ilmu dan seni mengajar dimana pembelajarnya adalah siswa atau anak didik. Tidak hanya itu, paedagogi juga berhubungan dengan pembentukan generasi baru yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik.
Dalam proses mengajar dan mendidik tidak terlepas dari peranan seorang guru. Proses pedagogi berlangsung juga bergantung dari tindakan guru dan siswa dalam konteks kegiatan sekolah. Terutama tindakan atau peran guru saat mengajar.
Mengajar adalah proses mentransformasikan, menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, atau dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agarr mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaik. Kegiatan pengajaran juga terkait dengan hal-hal seperti merencanakan, melaksanakan, menilaim menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan menindak lanjuti pengajaran selanjutnya.
Untuk itu, dalam tugas lapangan kali ini, penulis melakukan wawancara terhadap seorang guru SMP untuk mengetahui lebih rinci mengenai peran guru terkait dengan materi paedagogi.

 IDENTITAS GURU
Berikut ini merupakan profil guru yang saya wawancarai
Nama                                                : H. br Siregar
Tempat/Tanggal lahir                          : Balige/ 24 Desember 1963
Tempat mengajar                               : SMPN 5 Kisaran
Mata Pelajaran yang diajarkan           : Bahasa Indonesia

Saya melakukan wawancara pada
Hari/ Tanggal                                      : Sabtu/30 Maret 2013
Waktu                                                : Kira-kira pukul 17.00 WIB
Tempat                                               : Di rumah ibu H. br Siregar 

 BAB III
PEMBAHASAN
Ibu H br Siregar adalah seorang tamatan dari IKIP Medan jurusan Bahasa Indonesia. Beliau tamat dari IKIP Medan pada tahun 1984. Beliau pertama kali mengajar di DPK SMP Pelita Kisaran dan pada tahun 1995 beliau pindah ke SMPN 5 Kisaran.

Motivasi sebagai guru
Setelah menanyakan profil beliau, saya bertanya mengenai motivasi beliau untuk menjadi guru. Beliau menjawab bahwa dulunya ia bercita-cita kuliah di bagian ilmu kesehatan, namun berkat anjuran dari orang tua, beliau melanjutkan kuliah di IKIP agar menjadi seorang guru. Motivasi lain yang membuat beliau tertarik untuk menjadi guru adalah waktu yang dipakai untuk mengajar memungkinkan beliau untuk tetap mengurus kebutuhan rumah tangga dna mendidik anak. Ditambah lagi, jadwal libur yang sama antara guru dan murid memungkinkan beliau untuk menghabiskan banyak waktu bersama keluarganya.

Pandangan terhadap dunia pendidikan
Walau pada awalnya beliau  memasuki dunia pendidikan bukan karena motivasi dari diri sendiri, namun ketika sudah memasuki dunia pendidikan beliau menikmati hal itu. Menurut beliau dunia pendidikan itu erat kaitannya dengan mengajar dan mendidik. Dan siswa sebagai peserta didik merupakan bibit-bibit yang pada masa depan akan menjadi penerus bangsa. Sehingga pada masa sekolahnya, harus dirawat dengan memberikan pengajaran baik itu terkait ilmu pengetahuan dan didikan seperti aturan nilai dan norma. 
Sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik
Kemudian saya bertanya kembali kepada beliau mengenai peranan guru sebenarnya. Beliau menjawab bahwa peranan seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Dimana tidak hanya ilmu pengetahuan saja yang ditransformasikan namun guru juga bertugas untuk mendidik siswa sebagai peserta didik. Menurut beliau mendidik adalah membuat murid menjadi seorang yang bisa diandalkan orang tua, teman-teman, guru, bahkan dalam konteks yang lebih luas dapat diandalkan oleh negara.
  
Pendekatan mengajar
Sebelum melakukan proses mengajar, beliau mempersiapkan diri dengan membaca materi yang telah ditentukan dalam kompetensi dasar yang ada. Namun beliau tidak selalu mengikuti Kompetensi Dasar saat mengajar. Dalam melakukan transformasi bahan ajar, beliau juga penting dalam mengelola kelas. Ketika kelas dalam keadaan ribut, maka beliau akan mengambil alih dlama mengelola kelas seperti menarik perhatian anak didik dengan bernyanyi, melakukan joke-joke kecil agar si anak didik tertarik untuk mendengarkan materi yang akan diberikan beliau. Tidak hanya itu, beliau sering menggunakan istilah-istilah gaul saat ini untuk menarik perhatian siswa agar tetap tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Selain menggunakan bermacam-macam teknik mengajar, beliau juga melakukan evaluasi di akhir jam pelajaran dengan menanyakan feed back dari anak didik terhadap beliau agar tetap ada pembelajaran baik itu antara guru dengan anak didik. Feedback diminta di akhir jam pelajaran. Feedback yang dimaksud beliau adalah dengan melakukan tanya jawab, dan siswa menjelaskan apa yang dipahami dari materi yang sudah dibahas pada hari  tersebut.
Ketika saya bertanya mengenai teknik yang beliau gunakan dalam mengajar, beliau menjawab “bervariasi”, dengan tujuan agar anak didik tidak bosan. Berikut ini merupakan metode-metode yang beliau gunakan ketika mengajar :
  1.  Metode tanya jawab
  2. Metode Role Playing 
  3.  Metode Number Heads Together 
  4. Metode Team Project
Beliau juga memberikan contoh metode number heads together seperti saat menemukan pokok pikiran dalam sebuah paragaraf. Diskusi kelompok sebagai salah satu bentuk dari metode Team Project dan berpidato di dalam kelas sebagai bentuk dari metode Role Playing.
Di dalam kelas ada berbagai macam tipe anak. Ada anak yang rajin mengerjakan tugas, dan ada anak yang malas mengerjakan tugas. Untuk menyikapi anak yang malas mengerjakan tugas biasanya beliau memberi hukuman dengan duduk di lantai di depan kelas. Sehingga ia tetap belajar dengan teman-temannya tetapi dalam kondisi yang berbeda.

Filosofi Mengajar
Filosofi berasal dari kata filsafat yang membahas mengenai pengetahuan akal budi. Ketika saya menanyakan mengenai Filosofi mengajar, beliau mengaitkannya dengan cara mengajar. Cara mengajar beliau di kelas adalah dengan menjelaskan kompetensi dasar terlebih dahulu kepada siswa kemudian menggambarkan hal yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar tersebut.
Beliau mengatakan bahwa improvisasi dalam kelas itu penting. Tidak selamanya mengajar harus mengikuti kompetensi dasar. Bila dirasa perlu, guru bisa melakukan impovisasi agar mendukung pembelajaran siswa. Topik puisi merupakan salah satu contoh mata pelajaran yang bisa diimprovisasi. Siswa dibebaskan belajar membuat puisi di luar kelas dengan tujuan agar mereka bisa mencari pengalaman sendiri dan merefleksikannya sendiri.

Kaitannya Dengan Teori
Apabila dikaitkan dengan Paedagogi pada abad 21 sebagai paedagogi progressive, sepertinya proses pembelajaran yang diadakan ibu H Siregar sudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, walaupun dari hasil wawancara yang saya lakukan beliau tidak ada menyebutkan metode pembelajaran yang menggunakan TIK. Selain itu proses pembelajaran beliau telah menunjukkan paedagogi terkait sebagai ilmu, seni dan pengajaran.
  • Pedagogi sebagai ilmu terlihat dari dimana beliau memandang perannya sebagai guru terhadap anak muridnya, yakni beliau memiliki peran untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada mereka.
  • Paedagogi sebagai seni terlihat dari metode pengajaran yang beliau terapkan, dimana beliau banyak melakukan improvisasi dan variasi dalam proses pembelajaran. Beliau juga melakukan improvisasi dalam hal suasana belajar. Seperti, mengajak anak didik belajar diluar kelas, sehingga pembelajaran tidak monoton hanya dikelas saja.
  • Paedagogi sebagai pengajaran hal ini terkait dengan profesi beliau sebagai guru yang notabene tugasnya adalah mengajar. Namun, ketika wawancara beliau mengatakan bahwa tugas guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, namun juga mendidik anak menjadi lebih baik lagi, sehingga bisa menjadi harapan orang tua, guru dan bangsa.
Selain itu, paedagogi pada abad 21 juga terkenal dengan pedagogi Formal dan Praktis, dimana :
  • Paedagogi Formal merupakan paedagogi yang lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat teoritis. Ketika guru melakukan persiapan mengajar di malam hari,dan ketika si guru belajar dari kompetensi dasar, hal itu sudah menunjukkan paedagogi formal, dimana hal yang dilakukan masih sebatas konsep atau teori.
  • Paedagogi Vernaculer atau sering disebut dengan Paedagogi Praktis, lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih aplikatif. Ketika guru mengajar di kelas, menerapkan secara langsung apa yang menjadi sasaran pada kompetensi dasar merupakan contoh dari Pedagogi praktis yang mana sudah melakukan mempraktekkan langsung atau mengaplikasikan teori pada paedagogi formal.
Selain itu, proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh ibu H Siregar juga bisa dikaitkan dengan Paedagogi serta Fenomena Kontemporer, yakni seperti :
  • Pertanyaan esensial  Ketika ibu H br Siregar bertanya kepada dirinya sendiri mengenai bagaimana menciptakan pembelajaran yang efektif dan menciptakan kenikmatan bagi siswa, ketika itu pulalah pertanyaan esensia tercipta.
  • Paedagogi efektifGuru harus menjadi pembelajar sejati bagi siswa. Guru juga bertanggung jawab untuk menmpromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Dan untuk mempromosikannya, guru juga harus bisa memotivasi siswa agar semangat belajarnya meningkat. Dalam kaitannya dengan wawancara saya, ibu H br Siregar  telah memenuhi kriteria guru yang sesuai dnegan paedagogi efektif. Hal ini terlihat drai ketika beliau menceritakan mengenai cara mengajar pada mata pelajaran pidato. Ketika anak ragu-ragu dan tidak memiliki keberanian untuk mempraktekkan materi, maka guru harus memotivasi siswa dan meyakinkan dirinya bahwa dia bisa dan bukan menyudutkannya.
  • Pemikiran ReflektifSiswa belajar paling efektif  adalah ketika mereka mengembangkan kemampuan untuk eksis kembali dalam mengakuisisi informasi atau gagasan. Dalam hal ini guru berperan untuk mendukung siswanya dalam mengembangkan pemikiran yang seperti ini. Pada pembahasan variasi atau improvisasi proses pembelajaran, telah disinggung mengenai contoh pembelajaran diluar kelas yang menggunakan pemikiran reflektif. Contohnya adalah ketika siswa dibebaskan belajar diluar kelas untuk menciptakan puisi, ketika itu pula siswa diajak untuk berpikir kreatif dan mereka diberi kesempatan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan dalam mengakuisisi teori tentang puisi yang telah diberikan guru.

 BAB IV
KESIMPULAN
Paedagogi merupakan salah satu ilmu yang erat kaitannya dengan guru. Dimana guru merupakan profesi yang erat kaitannya dengan mengajar. Mengajar merupakan aspek ilmiah yang berkaitan dengan ilmu, seni, profesi. Selain itu, mengajar juga harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar guru dan anak didik dapat terus berkembang. Dalam mengajar, banyak hhal yang perlu diperhatikan baik penggunaan teknologi, teknik mengajar dan sebagainya namun jangan melupakan esensi dari proses pembelajaran itu sendiri dimana ada suatu interaksi antara guru dan siswa yang mendidik. Jangan sampai  proses pembelajaran hanya berfokus kepada penggunaan teknologi, namun lupa membangun hubungan dengan siswa.
 BAB V
SARAN
Saran saya adalah ada baiknya proses pembelajaran dikelas sudah mulai menggunakan teknologi komunikasi baik itu penggunaan internet maupun laboratorium bahasa, agar pembelajaran semakin luas, dan siswa semakin merasakan kenikmatan dalam belajar.
 

Jumat, 12 April 2013

UTS 2012/2013



 Kelompok 7
Yap Rima O Sinaga

 1. Uraikan secara singkat proses pembelajaran yang kelompok anda rencanakan. Beri ulasan atas uraian tersebut berdasarkan tinjauan paedagogi praktis abad 21!
Jawaban         :
Proses pembelajaran yang kami rencanakan adalah sebagai berikut :
Tema                         : Penggunaan barang bekas
Judul                         :  Pemanfaatan kardus bekas menjadi bingkai foto
Tempat                      : TK Solafide
Waktu                       : Senin, 1 April/  Pukul 08.00 WIB
Kegiatan                   : Mengajarkan cara membuat bingkai foto dari kardus bekas
Alat dan bahan          : Gunting, plastik kaca, kardus bekas, dan gambar dari majalah, double tip, dan  kertas origami sebagai hiasan.
Jumlah anak yg diajar  : 5-10 anak

Namun berdasarkan pertimbangan setelah menemui dosen pengampu, kami memilih untuk mengubah rencana mengajar anak tetangga yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Dan jumlah anak yang kami rencanakan adalah 3 Orang.

Paedagogi praktis abad 21 disebut juga dengan paedagogi progresive dimana paedagogi berkembang seiring dengan kemajuan pengetahuan dan ilmu teknologi. Menurut pemahaman saya teknologi adalah segala sesuatu yang mempermudah pekerjaan manusia. Jadi, penggunaan gunting, lem dan double tip merupakan salah satu bentuk dari paedagogi progresive, sekalipun kami hanya menggunakan teknologi sederhana.

Pedagogi pada abad 21 juga  termasuk kedalam ilmu, seni atau praktik mengajar. Yang mana psikologi pada abad 21 termasuk ke dalam kategori “pengetahuan paedagogis formal” dan “pengetahuan paedagogis vernacular”.
Pada proses perencanaanya, kami melakukan kategori paedagogi formal. Dimana kami melakukan perencanaan akan konsep pengajaran yang akan dilakukan. Pada tahap perencanaan, hal yang kami bahas masih bersifat teoritis.Namun pada  saat pelaksanaannya, kami sudah melakukan fungsi paedagogi sebagai kategori vernaculer, yakni dimana kami melakukan praktek pengajaran dari yang kami rencanakan sebelumnya. Tidak lagi membahas mengenai hal-hal teoritis namun lebih kepada aplikasi dari hal-hal yang sudah direncakan sebelumnya.

  2. Uraikan secara singkat dan padat tentang hasil observasi dari proses pembelajaran kelompok anda. Beri evaluasi atas uraian tersebut berdasarkan tinjauan paedagogi, TIK dan fenomena kontemporer.
Jawaban         :
Hasil observasi :
Kami melakukan pengajaran mengenai penggunaan barang bekas  kepada 4 orang anak yang duduk di bangku sekolah dasar. 4 orang anak ini terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki.  Keempat orang anak tersebut bernama Tari, Gabriel, Stephanus, dan Willy.
Pada awal pembelajaran, kami mengenalkan peralatan yang digunakan terlebih dahulu. Kemudian, kami melakukan praktek pembuatan bingkai foto dari kardus bekas dimana rekan kami yang bernama Priscilla yang menjadi tutornya. Dalam tahapannya, Priscilla menjelaskan dan mempraktekkan langsung proses pembuatan bingkai fotonya, sehingga anak-anak bisa menirukannya.
Hasil observasi saya terhadap keempat anak tersebut :
  • Tari                  : Pendiam, terlihat dari intensitas dia berbicara yang lebih sedikit dibandingkan teman-teman lainnya. Hasil kerja tari cukup rapi
  • Gabriel                 : Intensitasnya yang cukup sering meminta bantuan kami. Bahkan ia mengatakan kalimat ini sebelum mengerjakannya “ Susah kak” yang membuat saya menginterpretasikannya sebagai anak yang  takut mencoba dan kurang percaya diri akan hasil kerjanya sendiri.
  • Willy                    : Menurut saya Willy adalah anak yang kurang memiliki kesabaran, hal ini terlihat dari sering kalinya ia mengerjakan tahapan pembuatan bingkai foto tersebut sendirian, tanpa menunggu penjelasan dari priscilla maupun saya atau rima, dan ia akan memainkan seruling miliknya sambil menunggu teman-temannya yang belum selesai. Tingkat kesalahan yang dikerjakannya juga jauh lebih sering dibandingkan dengan  3 teman lainnya.
  • Stephanus        : Dibandingkan dengan teman-temannya, Stephanus  tidak terlalu sering meminta bantuan kami. Menurut saya ia adalah anak yang cukup antusias terlihat dari ketika priscilla memberikan penjelasan, ia cukup memperhatikan dan hasil kerjanya juga cukup rapi.
Secara keseluruhan, anak-anak tersebut cukup aktif dan antusias terlihat dari setiap pertanyaan kami selalu mereka jawab dan terlihat dari intensitas mereka bertanya akan proses pembelajaran yang sedang dilakukan, sehingga saya menginterpretasikan hal tersebut  sebagai bentuk ketertarikan terhadap proses pembelajaran yang kami lakukan.

Ditinjau dari Pedagogi, TIK dan Fenomena Kontemporer :
1.      Pertayaan esensial.
Pertanyaan esensial muncul ketika anak-anak tersebut kurang memahami penjelasan yang kami berikan, sehingga kami berpikir bagaimana caranya membuat anak-anak ini paham dan menyenangi proses belajar yang sedang dikerjakan. Selain dari itu, pertanyaan esensial juga muncul ketika si anak mulai ribut dan suasana menjadi tidak kondusif lagi, sehingga memunculkan pertanyaan dalam benak saya mengenai bagaimana caranya agar suasana tetap kondusif.
2.      Pedagogi Efektif
Ketika rekan kami, priscilla menjelaskan proses pembuatan bingkai tersebut, ia sedang bertanggung jawab dalam memberi pembelajaran bagi anak-anak. Ketika ia tidak hanya menjelaskan namun juga mempraktekkan, ia sudah melakukan jenis pendekatan pengajaran yang efektif.
3.      Pemikiran Reflektif
Pembelajaran yang paling efektif adalah ketika anak-anak tersebut dibiarkan mengembangkan kemampuan mereka untuk eksis kembali dalam mengakuisisi informasi yang sudah diberikan. Hal ini juga terlihat ketika anak-anak dibiarkan menghias bingkai foto sendiri, mereka mendapat kesempatan belajar bersama, dan  mengembangkan kemampuan mereka masing-masing.
4.      Terkait dengan fenomena kontemporer.
Sekalipun menggunakan teknologi, namun bukan berarti hal yang esensi dari mengajar seperti hubungan antara pengajar dengan yang diajar menjadi dilupakan. Walaupun, anak-anak tersebut dituntut untuk mampu mengikuti pembelajaran, namun kami sebagai pengajar tetap harus memperhatikan hubungan kami dengan mereka. Dan ketika pengajar memiliki interaksi yang baik, pengajar berkesempatan besar untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri dan fokus. Contoh yang saya ambil adalah ketika Gabriel cepat mengeluh, kami seharusnya memotivasinya agar tetap semangat dan tidak takut mencoba.

3. Tuliskan pandangan anda tentang pembelajaran pada perkuliahan Pedagogi di F. Psikologi USU semester genap T.A 2012/2013 berdasarkan tinjauan pedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis.
Jawaban         :
Menurut saya pembelajaran pedagogi di Fakultas Psikologi USU Semester Genap T.A 2012/2013 sudah cukup baik.
Terkait dengan prinsip-prinsip pedagogis itu sendiri, seperti :
1.      Terstruktur
Terlihat dari kontrak kuliah yang jelas mengenai hal-hal yang akan dilakukan dalam setiap pertemuannya.
2.      Pembelajaran dan kehidupan sehari-hari saling berkaitan
Mengekspresikan apa yang dipelajari dan tugas lapangan yang dilakukan. Tidak hanya itu, tugas-tugas yang diberikan juga dekat dengan kehidupan sehari-hari.
3.      Merujuk kepada pengajaran dan pendidikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
4.      Berpusat pada siswa
Dimana dosen, hanya memfasilitasi dan mahasiswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam melakukan proses pembelajaran.