Dari Terpaksa Menjadi Suka
Berawal dari paksaan seorang teman untuk mengikuti kelas menulis, akhirnya saya mendaftarkan diri sebagai peserta sebuah kelas menulis. Kelas ini hanya berlangsung selama dua hari, bertempat di LCE, Medan. Walaupun kelas ini hanya berlangsung selama dua hari, namun sudah mampu membuat saya pusing bahkan dua minggu sebelum kelas dimulai. Hal ini dikarenakan masing-masing peserta diwajibkan membuat tulisan pra kelas.
Saya bukanlah orang yang akrab dengan menulis. Bagi saya, menulis adalah hal yang rumit dan bukanlah hal yang mudah menuangkan isi kepala saya ke dalam bentuk tulisan. Hal ini terbukti dari tulisan pra kelas, saya menghabiskan waktu hampir satu harian dalam pembuatannya.
Akhirnya, kelas menulis pun dimulai. Kelas ini dilatih oleh seorang yang kata orang namanya sudah cukup terkenal di dunia literasi, yaitu Bang Samuel Tumanggor. Sayangnya saya baru mengenal nama ini saat beliau menjadi pembicara di acara Mimbar Bina Alumni yang diadakan sehari sebelum kelas dimulai.
Kelas yang tadinya saya anggap tidak menarik, ternyata sangat menyenangkan. Beliau sebagai pelatih mampu mengajarkan kami tentang teknik menulis dengan baik dan menarik. Secara teori, kami semakin memahami kaidah, sistematika, dan keteraturan dalam menulis. Teori semakin dikuatkan dengan adanya praktek membuat tulisan selama kelas berlangsung. Beliau tidak hanya mengajarkan kami cara menulis namun memotivasi mengapa kami harus menulis ditengah-tengah bangsa yang minat baca dan tulisnya rendah.
Dari kelas ini saya menyadari betapa penting dan bermanfaatnya menulis. Menulis mampu membantu kita menuangkan isi pikiran, ide-ide kita ke dalam bentuk yang lebih nyata yaitu tulisan. Melalui tulisan, kita mampu mengekspresikan berbagai perasaan yang dirasakan. Secara psikologis, menulis juga bisa menjadi salah satu cara untuk meredakan stress, dan cara untuk semakin mengenal diri sendiri.
Salah satu kata-kata yang saya ingat dari kelas ini adalah “tidak ada gunanya kalau kamu pintar, punya banyak ilmu tapi tidak bisa mentransfer ilmu itu ke dalam sebuah tulisan yang bisa dibaca orang lain”. Setelah mendengar kalimat itu, saya sadar bahwa menulis punya dampak dan kuasa yang besar. Menulis bisa menjadi cara untuk menebarkan kebaikan bagi orang lain.
Akhirnya saya menyadari bahwa tidak selamanya hal yang saya anggap rumit selamanya menjadi sulit. Saya mengawali kelas dengan keterpaksaan, dan pulang dengan kesukaan. Setelah kelas ini usai, saya akan mengucapkan terimakasih kepada seseorang yang telah memaksa saya mengikuti kelas ini.