PAUD juga memiliki peran dalam tahap perkembangan anak. Kurikulum di PAUD disebut kurikulum yang
sesuai dengan perkembangan (developmentally
appropriated Curriculum) à mendidik anak dengan cara yang cocok
dengan cara anak berkembang dan belajar. Kurikulum tersebut juga memungkinkan
terjadinya zone of proximal development, yaitu dimana fasilitator atau orang
yang lebih pandai dari dirinya dijadikan tempat bertanya untuk meningkatkan
kemampuannya melebihi dari apa yang dimilikinya. sebanyak mungkin melibatkan
anak dalam kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan
berbagai macam benda yang menarik bagi anak seusia mereka .
Ada 4 area yang perlu ditingkatkan dalam PAUD:
·
Perkembangan fisik, yang bertujuan agar
anak mampu mengontrol gerakan kasar secara sadar dan untuk keseimbangan,
mengontrol gerakan halus.
·
Perkembangan sosial-emosional, yang
bertujuan untuk mengetahui diri sendiri dan orang lain, bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan orang lain, berperilaku sesuai dengan perilaku
prososial.
·
Perkembangan kognitif yang bertujuan
untuk belajar dan memecahkan masalah, berfikir logis.
·
Perkembangan bahasa bertujuan agar anak
mampu mendengar secara aktif dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa,
memahami sesuatu dapat diwakilkan dengan tulisan dan dapat dibaca.
Untuk meningkatkan area tersebut dilakukan melalui cara
bermain bagi anak. PAUD banyak memberikan permainan-permainan edukatif kepada
anak-anak.
1.
Perkembangan
Fisik
Perkembangan
fisik di usia dini adalah :
1.Otot besar berkembang sebelum otot kecil tangan. Otot tubuh dalam inti, kaki dan
tangan berkembang sebelum mereka di jari dan. Anak-anak belajar bagaimana
melakukan bruto (atau besar) keterampilan motorik seperti berjalan sebelum mereka
belajar untuk melakukan denda (atau kecil) keterampilan motorik seperti
menggambar.
2.Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar. Otot terletak di inti tubuh
menjadi lebih kuat dan mengembangkan lebih cepat dari yang di kaki dan tangan.
3.Pembangunan
berjalan dari atas ke bawah, dari kepala ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi
belajar untuk menahan kepala mereka sebelum mereka belajar cara merangkak.
Pola bermain yang digunakan adalah bermain aktif. Bermain
aktif merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak
melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri.
melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan
tubuh
·
Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
·
Drama
·
Bermain musik
·
Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
·
Olah raga
2.
Perkembangan Kognitif
Fase-fase perkembangan kognitif
anak usia Taman Kanak-kanak berada pada fase praopersional yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Aspek berpikir simbolik yaitu
kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan
peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris
yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju
berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh karena itu anak belum dapat meletakkan
cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir Intuitif
Fase berpikir secara intuitf
yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun
balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
Dalam bermain, anak akan meningkatkan
kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi) sehingga anak-anak akan semakin
mengerti akan konsep besar-kecil, atas-bawah, dan penuh-kosong. Melalui bermain, anak akan menghargai
peraturan dan logika. Bermain juga membangun struktur kognitifnya. Anak-anak
akan mendapatkan banyak informasi sehingga pengetahuannya akan lebih dalam.
Apabila informasi didapatnya ternyata
berbeda dengan apa yang selama ini diketahuinya, anak dapat mengubah
informasi yang lama sehingga ia memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baru.
Hal ini akan membuat struktur kognitif anak semakin smepurna.
3.
Perkembangan Sosial-emosional
Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang
diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati,
hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru,
perilaku kelekatan.
Dalam tahap
perkembangan sosial-emosional Erickson, tahap usia dini melewati 4 tahap
perkembangan yaitu Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga) pada usia 0-2
tahun, Autonomy vs Shame & Doubt
(mandiri vs ragu) pada usia 2-3 tahun, Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah) pada usia 4-5
tahun, industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri) pada usia 6
tahun.
Bermain merupakan
media anak untuk memecahkan masalah. Dalam bermain, anak akan menemukan masalah
sehingga memberikan kesempatan pada anak untuk mengetahui bahwa ada beberapa
kemungkinan untuk memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah ini mencakup
daya imajinasi aktif anak. Imajinasi aktif anak akan mencegah kebosanan pada
anak dan sebagai bentuknya anak akan rewel.
Sumber :
blog.elearning.unesa.ac.id
belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini
Artikel yang menarik, tapi kalo boleh menambahkan pada perkembangan fisik ditambang dengan perkembangan fisik dan motorik karena saling terkait..terimakasih salam..
BalasHapus