Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental emosi .
Istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa . keterbatasan seorang
anak yang membatasi pelaksanaan fungsinya boleh juga disebabkan oleh
masyarakat,lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri (Lewis,2002).
Anak
berkebutuhan khusus, dikelompokkan berdasarkan ketidakmampuan dan gangguan yang
dialaminya, seperti :
1. Gangguan organ indera
2. Gangguan fisik
3. Retardasi mental
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan belajar ( Learning disorder )
6. Attention deficit hyper-activity dsorder
7. Gangguan emosional dan perilaku
Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di
Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk
tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB
bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak
penderita kemampuan dapat ditempatkan di berbagai setting dan serangkaian
pelayanan yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan mereka . Hasil dari riset
terhadap hasil inklusi menunjukkan kesimpulan bahwa :
·
Kesuksesan
akademik dan sosial anak dipengaruhi oleh kualitas pengajaran yang diberikan
kepada anak.
·
Anak
dengan emosional berat lebih mungkin berhasil jika mereka berpartisipasidalam
pendidikan vokasional dan diintegrasikan ke dalam sekolah melalui aktivitas
seperti olahraga.
·
Anak
dengan gangguan pendengaran akan mendapat keuntungan akademik namun dengan rasa
penghargaan diri rendah jika mereka ditempatkan dengan kelas reguler.
·
Anak
dengan retardasi Mental yang dapat dididik dapat dipengaruhi atau dididik dari
guru yang suportif,pengajar yang kompeten dan teman kelas yang suportif.
·
Anak
yang tidak mengalami gangguan tampaknya tidak terpengaruh secara negative oleh
inklusi anak dengan ketidakmampuan di kelas regular selama diberikkan pelayanan
yang suportif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar