Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik
di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J.
Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari,
karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara
lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan
energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa
letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah
sesudah makan siang; 3) Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering
mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung
lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk
terasa tegang; 7) Tidak bisa santai.
3. Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan
keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus semakin
nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur
(diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3) Perasaan ketidaktenangan
dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4) Gangguan pola tidur (insomnia),
misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah
malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau
dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh
terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini
seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau
bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk
beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
3. Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
2) Aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate)
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
5) Gangguan pola tidur disertai dengan
mimpi-mimpi yang menegangkan, Seringkali menolak ajakan (negativism) karena
tiada semangat dan
kegairahan; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun,
7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
4. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang
ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion)
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
4) Timbul perasaan ketakutan,
kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik
(panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres
tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
1) Debaran jantung teramat keras;
2) Susah bernapas (sesak dan
megap-megap);
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;
5) Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.