Ana

Senin, 02 Juli 2012

Mencegah Perilaku Korupsi pada Anak


Korupsi muncul akibat Need of Achievement (Motivasi berprestasi) dari manusia terlalu berlebihan. Keinginan untuk melebihi orang lain berdasarkan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut. Hal tersebut yang menjadikan korupsi dapat bermacam-macam bentuknya. Selain uang dan kekuasaan yang biasa dilakukan di Indonesia, bentuk lain bisa berupa korupsi dogma, korupsi hukum, korupsi ayat suci, korupsi dalil, korupsi nilai rapor dan banyak lagi bentuk korupsi yang tidak kita sadari. Dan semuanya dilakukan atas dasar kebutuhan melebihi manusia lain terlalu berlebihan. Pribadi sportif yang mau menerima batasan diri untuk kalah dengan orang lain adalah wujud dari Need of Achievement / Motivasi Berprestasi yang ideal. Anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki pribadi yang ideal. Harapan kita pada mereka adalah tidak memiliki budaya korupsi yang selama ini menjadi penyebab terpuruknya negara kita dalam segala bidang. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman jiwa Anti Korupsi dan mencegah perilaku korupsi pada anak

1. Teknik Ego Vincerio, sebuah teknik modifikasi perilaku bagi anak yang achievementnya terlalu tinggi. Intinya adalah untuk mencapai keinginannya lebih efektif dan lebih efisien bila bekerjasama dengan orang lain.

2. Otak Bawah Sadar (subconcius) pada usia dini sedang membentuk polanya, semuanya tergantung pada pengaruh lingkungannya. Sebaiknya tidak memberikan tekanan berupa tuntutan kepada anak terlalu tinggi untuk berprestasi. Tekanan pada bawah sadar di usia dini efeknya seribu kali lebih besar dalam membentuk kepribadian achiever daripada tekanan pada saat dewasa. Gantilah tuntutan anda dengan tawaran.

3. Role Model atau tokoh panutan anak adalah orang-orang dewasa terdekat dengan sang anak, terutama orang tua mereka. Sebenci apapun anak pada bapak-ibunya, dalam sikap-sikapnya pasti ada yang meniru orang tuanya. Bahkan semain benci mereka pada orang tuanya semakin mirip kepribadiannya dengan tokoh yang mereka benci. Orang tua terlebih dahulu harus belajar untuk mengerti pengertian korupsi dan bentuk-bentuk korupsi sehingga mereka dapat menjadi role model yang positif bagi anak-anaknya.

4. Teman-teman anak kita memiliki dampak lebih besar daripada kita sendiri sebagai orang tua pada usia tertentu. Coba kita bilang “Sep, bapak tuh sayang sama kamu” pasti si Asep bilang dalam hati ‘Pasti bapak mau nyuruh Asep mijitin dia’. Padahal kita tulus. Tapi coba bayangkan apabila yang bilang teman akrabnya, bahwa Bapak Asep itu sayang banget loh sama kamu anaknya, pasti si Asep langsung percaya dan terharu. Anak-anak juga berbuat nekat seperti tawuran, minum dan narkoba hanya karena takut dianggap pengecut oleh teman-temannya. Maka penyuluhan antikorupsi lebih efektif dilakukan dalam lingkar remaja dalam kelompok pertemanan yang sudah terbentuk.

5. Penegakan aturan di rumah dan sekolah harus pasti, juga bagi pembuat aturan itu sendiri. Pencuri yang jujur tetap harus diberikan hukuman. Pencuri yang baik hati (robin hood) tetap harus dihukum. Karena dia mencuri. Sekali kita memaafkan perbuatan yang salah tanpa sanksi maka akan muncul asumsi bahwa mencuri itu boleh asalkan tujuannya baik, ketika dewasa dia akan berpikir, korupsi itu boleh asal tujuannya baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar