Ada apa dengan anak pada usia sekolah dasar?
Pada masa usia
pendidikan sekolah dasar atau masa tahap operasional konkrit atau disebut juga
masa kanak-kanak akhir (7-11 tahun), cara berfikir egosentris (melihat dengan
satu arah) mulai berkurang ditandai dengan desentrasi yang benar. Dimana anak
sudah mampu melihat lebih dari satu dimensi secara serempak dan menghubungkan
satu dimensi dengan dimensi yang lain sehingga masalah konservasi sudah
dikuasai dengan baik. Sebagai contoh, ketika diperlihatkan dua deret kancing
yang masing-masing berjumlah lima buah tapi dengan susunan yang berbeda, dimana
kancing pada deret pertama diberi jarak dan kancing pada deret kedua tanpa
jarak, maka kemungkinan besar anak egosentris akan mengatakan bahwa jumlah
kancing pada deret pertama lebih banyak dari pada kancing pada deret kedua.
Namun anak konservatif akan menyetujui bahwa jumlah kancing dalam kedua deretan
adalah sama sebab pada masa ini mereka telah mampu melakukan operasi mental
yang dibalikkan (mengerti masalah konservasi).
Seperti apakah psikologi
perkembangan itu?
Psikologi perkembangan adalah
ilmu yang memelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar
belakang yang mempengaruhinya. Psikologi perkembangan individu terdiri atas
beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek Motorik
Aspek motorik didasarkan
pada pertumbuhan fisik. Meskipun tidak selalu sama, namun proses kematangan
fisik akan mencapai taraf kematangan tepat pada saatnya meskipun dengan waktu
yang tidak sama. Pembagian Aristoteles didasarkan atas
gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh
pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai
bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu a) Fase anak
kecil: 0 – 7 tahun, b) Fase anak sekolah: 7 – 14 tahun yaitu masa mulai
bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin, dan c) Fase remaja: 14 – 21 tahun.
Untuk mendukung pertumbuhan motorik, kegiatan yang bersifat fisik sebaiknya
diterapkan dengan seimbang. Kegiatan bermain outdoor seperti bermain layang-layang,
memanjat pohon, bermain petak umpet bisa menjadi salah satu sarana yang
efektif.
2. Aspek Kognitif
Aspek kognitif berkaitan
dengan kemampuan berfikir dan memahami yang melibatkan kemampuan memeroleh,
mengolah, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Secara luasnya bahwa aspek kognitif mencakup
kemampuan potensial dengan lingkungan seperti mengamati, menafsirkan,
memperkirakan, menilai dan lain-lain. Dalam mendukung aspek perkembangan ini,
keleluasaan untuk berinteraksi dengan lingkungan, berfikir secara mandiri dan
menyelesaikan masalah akan sangat membantu, misalnya dengan memberikan
permainan puzzle, crossword, dan sebagainya.
3. Aspek Afektif
Dalam aspek afektif
dibahas mengenai tindakan atau perilaku anak. Yaitu bagaimana anak berperilaku
terhadap diri dan lingkungannya. Untuk mendukung perkembangan afektif, sangat
penting untuk memahamkan kepada anak mengenai cara berperilaku tidak hanya
terhadap diri sendiri melainkan juga terhadap orang lain. Dalam hal ini,
kegiatan seperti role play atau think pair share bisa diterapkan dalam rangka
memberi pemahaman bagaimana berbagi peran dengan orang lain, berbagi dan
menerima ide atau pendapat orang lain serta bersabar menunggu giliran.
Apa manfaat psikologi
perkembangan?
Manfaat psikologi
perkembangan, diantaranya yaitu:
1) Untuk mengetahui
tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/
perkembangannya.
2) Untuk mengetahui
tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya.
3) Untuk mengetahui
kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
4) Agar dapat
mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi
anak.
5) Khusus bagi guru,
agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan
kebutuhan anak.
Berdasarkan
manfaat-manfaat psikologi perkembangan diatas dapat disimpulkan bahwa sangat
penting, tidak hanya bagi oleh para orang tua tetapi juga oleh para guru untuk
memahami psikologi perkembangan anak, sehingga mereka dapat memahami karakter,
perilaku hingga kebiasaan anak didik. Terlebih lagi bahwa guru harus siap
menghadapi sekian banyak perbedaan dari setiap anak didik yang terangkum dalam
satu ruang lingkup belajar. Dengan memahami psikologi perkembangan maka guru
akan dapat memahami bagaimana menyikapi perilaku atau karakter yang berbeda dan
memungkinkan bagi guru untuk memahami materi dan metode pengajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak.
Didukung oleh sumber : http://edukasi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar